‘Cinta itu nggak bisa dimakan’
Hmm…
Gue pertama kali mendengar kalimat itu dari Nanda saat dia bercerita tentang hari dimana dia berkumpul bersama teman-teman SMAnya dan membahas tentang masalah cinta menurut cara pandang mereka. Dan setelah itu, jelas, gue pun langsung terdiam sembari memikirkan banyak hal.
Setiap orang mempunyai cara pandangnya sendiri akan cinta yang mendatangi dirinya. Ada yang menganggap cinta itu menyakitkan, ada yang menganggap cinta itu membahagiakan, ada yang menganggap cinta itu memotivasi, pun juga ada yang menganggap bahwa cinta itu realistis. Menurut gue, semua itu nggak ada salah. Itu cara pandang orang dan biarkan mereka memandangnya demikian.
Selain itu, gue pun tau, selalu ada alasan kenapa setiap orang bisa memandang cinta dengan cara-cara yang berbeda. Untuk orang yang menganggap bahwa cinta itu menyakitkan, mungkin dahulunya dia pernah merasakan patah hati terhebat karena mencintai seseorang. Sementara untuk orang yang menganggap bahwa cinta itu memotivasi, mungkin dulunya dia bisa merasakan perubahan ke hal-hal positif karena berjuang demi cinta. Pun juga untuk orang yang menganggap bahwa cinta itu realistis, mungkin dahulunya dia pernah belajar dari berbagai rasa-rasa yang diberi oleh cinta itu sendiri.
Hmm… Cinta itu realistis ya?

Source : Klik
Masih dalam pembahasan mengenai obrolan antara gue dengan Nanda, dia pun bercerita lagi bahwa ada salah satu temannya yang berkata begini :
‘Cinta itu realistis aja. Aku punya kakak tingkat yang mana dia udah menjalin hubungan pacaran sama cowoknya selama tiga tahun. Sampai pada suatu hari, dia pun kenal sama anak seorang pejabat. Baru satu malam teleponan, dia langsung diajak nikah. Responnya? Ya dia langsung nerima dan seketika itu juga dia langsung ninggalin pacarnya gitu aja.Ya, ninggalin pacarnya yang udah 3 tahun nemenin dia. Mmm… Dari situ aku mikir kalau kayaknya cinta itu emang harus realistis. Dan sekali lagi… cinta itu nggak bisa dimakan’
Gue mengangguk paham dengan apa yang dibicarakan oleh Nanda dan apa yang diutarakan oleh teman Nanda tersebut. Maksud gue gini, ya, mungkin cinta itu memang seharusnya realistis. Artinya, cinta itu memang harus memikirkan apa-apa saja yang akan terjadi nantinya dengan pemikiran jangka panjang. Bukannya realistis itu bisa diartikan dengan cara berpikir yang penuh perhitungan dan sesuai dengan kemampuan sehingga apa yang menjadi gagasan tidak hanya menjadi mimpi atau angan semata?
Untuk masalah yang terjadi pada kakak tingkat temennya Nanda ini, gue nggak bisa banyak mengomentari karena pada dasarnya yang tau dan memilih hal tersebut adalah si kakak tingkat itu. Gue dan orang lain yang mendengar kisah itu pasti hanya bisa berspekulasi yang mungkin nggak ada benar-benarnya sama sekali.
‘Wah, Si Kakak Tingkat tega banget. Masa pacarnya yang udah tiga tahun ditinggalin gitu aja?’
‘Wah parah, si kakak tingkat matre abis. Masa baru sehari dideketin anak pejabat, eh giliran diajak nikah udah mau-mau aja’
‘Ah, sial. Gua kapan? Gue juga mau dong dilamar anak pejabat’
Padahal, siapa tau si kakak tingkat punya cara pandang lain akan cinta yang notebenenya realistis itu?
Siapa tau alasan kenapa si kakak tingkat tega ninggalin pacarnya yang udah tiga tahun itu karena dia merasa kalau pacarnya nggak ada usaha untuk menikahinya?
Siapa tau alasan kenapa si kakak tingkat itu bisa langsung memilih orang baru karena dia bisa melihat masa depan yang indah dalam hidupnya?
Siapa tau juga alasan kenapa si kakak tingkat itu mau langsung diajak nikah karena ada desakan orang tua untuk menikah? Kesempatan ada didepan mata, loh?
Ya, siapa tau? Karena sekali lagi, yang benar-benar tau alasannya itu ya cuma si mbak kakak tingkat itu aja. Selebihnya? Spekulasi.
Di zaman sekarang ini, kita pasti sudah sering mendengar bagaimana cinta bisa membutakan orang. Bagaimana cinta bisa membuat orang bertindak dengan cara nggak wajar. Bagaimana cinta bisa merusak harga diri seseorang.
Jadi menurut gue, seharusnya yang mencintai terlebih dahulu itu adalah seorang laki-laki. Dan menurut gue lagi, seorang perempuan seharusnya juga bisa membalas cinta yang diberi oleh laki-laki yang mencintainya, namun tidak langsung memberi sepenuhnya. Artinya begini, kita sudah sering mendengar betapa brengseknya laki-laki yang kadang hanya terlihat baik saat masa pendekatan, namun setelah udah jadian, apa-apa saja yang dimiliki oleh perempuannya diambil, dan setelah puas, dia pun langsung pergi meninggalkan perempuannya tersebut demi orang yang lebih baru.
Itu sering terjadi.
Dan gue akui, itu brengsek.
Dari situ, gue pun berpikir bahwa sifat realistis emang perlu ditanamkan untuk setiap perempuan yang dicintai.
Harus.
Sementara untuk kalimat ‘cinta nggak bisa dimakan’, gue pikir… Hmm oke.
Tapi menurut gue, ya cinta emang nggak bisa dimakan. Tapi cinta, bisa mengusahakan dirinya untuk memberimu makan.
Makanya, disitu gue pun berpikir bahwa sifat realistis pun juga perlu ditanamkan untuk setiap laki-laki yang mencintai.
Itu pemikiran gue. Selebihnya… Silahkan berpendapat.

Source : Klik
Terimakasih.
Cinta itu ga bisa dimakan. Tapi bisa ngasih makan. Kalo suami eik kagak cinta eik, masak iya ngasih eik makan tiap hari? Emak bukan, sodara kagak kan dulunya 😅😅😅. Itu ntar yg anak pejabat trus pejabatnya ditangkep kpk gitu gimana nasib kakak tingkat ya? Doh maaap kebanyakan baca detik neeeh 😅😅😅😅
Nah, iya. Orang cinta yang bener-bener cinta itu pasti bakal mengusahakan dirinya buat ngasih makan untuk orang yang tercinta ya mba :’) hihihi
Wahahaha iyaaa ya, kalau nanti ditangkep KPK gimana ya wkwkw dilema tuh mbak kakak tingkatnya wkwk
Soal kejadian yg cowonya langsung ninggalin cewenya itu, itu bukan cinta yg realistis, tapi cinta yg oportunis. Kalo di masa depan si cowonya nemuin cewe yg lebih baik lagi, apakah dia akan mutusin lagi cewe yg dia pacari saat ini? Menurut gua ungkapan bahwa “cinta itu harus realistis” itu kurang tepat jika diaplikasikan ke kasus tersebut
Cinta, menurut gua, adalah sesuatu yg harus diperjuangkan. Kalo lu terus-terusan mencari seseorang yg “sempurna” buat lu, selamanya lu ga akan pernah puas. Karena kesempurnaan itu dipupuk, bukan dicari. Cinta yang sejati adalah cinta yang bertahan di keadaan sesulit apapun, bukan cinta yang bubar jalan pada saat ada “penawaran” yang lebih menarik. Itu bukan cinta, itu sebuah bentuk sifat pengecut dan munafik.
Sepakat :’) kalau kita sebagai manusia mencari yang sempurna, kayaknya nggak akan ada habisnya deh. Soalnya bakal muncul orang sempurna-sempurna yang lainnya lagi. :’)
Walah, saya mah tau apa soal cinta. Kenal cewek yang mau saya dan terima latar belakang keluarga aja udah bersyukur deh. 🙂
Wkwkwkw nggapapa Rob kalau nggak tau soal cinta, yang penting tau akan gimana caranya setia~ wkwkw
ITU YANG TERPENTING SIH. CEWEK YANG MAU NERIMA APA ADANYA!
Setuju bangeeet! cinta memang harus realistis dong. Kalo enggak realistis nanti malah sakit hati 🙂
Btww postinganmu yang ini dewasa banget!
Hihihi iya kan Mba Eka 😀
Seharusnya cinta memang realistis. Logis :’)
Hihihi kepikiran sama hal ini aja sih mba kebetulan 😀
Harus realistis yaa.. hmm.
Hihihi itu terserah pandangan masing-masing orang sih sebeneernya 🙂
emang cinta kudu realistis 😀
Iya 😀 seharusnya cinta memang realistis 🙂
Kalo kata si abang mah, cinta adalah ketika kamu menemukan orang yang bikin kamu merasa cukup. Tentunya dibarengin sama usaha juga. Karena kalau terus nyari mah, nggak akan kelar, nggak akan ngerasa cukup, selalu mau yang lebih (cailah dini ketikannya panjang)
Hihihi cinta adalah ketika kamu menemukan orang yang bikin kamu merasa cukup 🙂
Iya, cinta mah tetep usaha. Kalau terus nyari mah nggak ada habisnya ya 🙂
Ya, manggut-manggut, sebagai pengamat memang baiknya tidak men-judge orang semau kita, dan sebagai pelaku mestinya kita jangan jadi brengsek. Ammm, koreksi diri dulu ah, apa selama ini aku udah cukup gak brengsek? :p
Yaaaaaaap 🙂 sebagai pengamat, kita ga boleh menjudge. Sebagai pelaku, ya jangan brengsek. Introspeksi deh ya 🙂
Karena wanita butuh yang pasti-pasti aja , hehe (iklan) 😅😅
Hahaha baiklaaaaaah 😀
Cinta realistis kok malah jadi kaya materialistis, ya? Padahal ada sudut realistis lainnya selain realistis yg berhubungan dg materealistis 🙂
Nah loh, ini yang membingungkan. Jadi ini tetep tergantung gimana orang lain mandangnya ya wkkww agaknya kasus si mbak kakak tingkat itu juga kesannya kayak materialistis ya :’
Pembahasan cinta nak Febri ini masih cetek *benerinjilbab. Cinta itu saling melengkapi kelebihan & kekurangan pasangan kita. Karena cinta bukan skenario film yang bisa diatur. Mengalir begitu saja. Kalo gak jodoh, mau dipaksa gimana pun ya gak akan bersatu. Silakan direnungi.
Wkwkwk akuuuu ngakaaaak bacanya wkwkw :p
Bener-bener masih cetek ya mbak wkwkw
Iyaaap, cinta harusnya saling melengkapi kelebihan dan kekurangan. Bener banget.
Intinya satu : Kalau ga jodoh, ya gausah dipaksa mau gimana-gimananya.
Jadi, tolong bersabar. Ini ujian~
Hahaha… kena banget ini. Bang, maksud cinta realistis itu bagaimana ya? Apa yang dilakukan teman Nanda di sini dimaksud yang dimaksud realistis?
Saya sejalan dengan Bang Febri. Karena kita tidak benar-benar berada di posisi doi, kita tidak persis tahu apa yang sebenarnya terjadi. Untuk perihal menikah pasti banyak yang sudah dipertimbangkan.
Hihihi ngena ya 😀
Duh, cinta yang realistis itu aku sendiri kurang tau :’ itu pendapat masing-masing orang sih ya. Wkwkw Mungkin buat teman Nanda, cinta yang realistis ya yang begitu.
Hihihi sepakat ya 🙂
Feb tumbeen posting serius bener begini. Aku jadi belajar dr tulisanmu sm komen2 di atas. Makasih yaa!
Hihihi iya nih, Mbak.
Kebetulan lagi kepikiran tentang cinta-cintaan yang… yaaah beginilah ya.
Hihihi makasih juga ya mbak 🙂
Cinta itu.. kamu. Iya, kamu.. eaaaa! :)))). Feb, ini kamu apa Nanda yang nulis? Btw, cinta itu tidak bisa dimakan.. cinta juga perlahan memudar.. saat bersatu dengan si dia atas komitmen cinta, jangan lupa untuk selalu berusaha memupuk cinta… dengan orang yang sama. Niscaya akan kau dapatkan kebahagiaan yang HQQ! YHA!
Ulululuuuu Mba Dilaaa ululu sekali wkkw 😀
Ini yang nulis aku kok mbak wkwk
Sepertinya aku harus banyak belajar mengenai cinta padamu deh mba ._.
Memupuk cinta ya mba kuncinya. hihihi semoga kita semua berbahagia~
Cinta itu emang g bisa dimakan
Cinta itu emang realistis, bang
Contohnya
Cinta anaknya uya kuya
Dia ga bisa dimakan dan dia realistis ada di dunia ini
NIKIIIIIIIIIIIIIII
EERRRRRRRRR!
Teman cewe saya udah pacaran hampir sembilan tahun, eh pas nikah sama orang lain, katanya sih itulah uniknya jodoh, ga bakalan kemana kalau udah waktunya..haha
Itu aduuuuh, nyakitin juga sih. Sembilan tahun pacaran, tapi nikahnya sama orang lain. Yah, gimana ya. Namanya ga jodoh. Jadi… Mohon bersabar. Ini ujian~
cinta itu berjuang bareng bareng, Feb. kalau berjuang sendiri namanya PHP… hehuheuheu
Wwkwk sedih ya kalau udah ngomongin PHP wkwkw
Waduh.. jadi kalo misalnya suatu saat nanti si pejabat nemuin cewek yang lebih cakep terus langsung ngelamar, si cewek yang ini boleh marah apa enggak? *kabur naik gojek*
*Gampar Bang Adi*
Cinta mmg ngak bisa di makan tapi bisa di rasakan pahit asem nya
Hahha iya, cinta bisa dirasakan, Bang 🙂
tapi kalau sudah nikah dan hidup susah .. dibilangin “makan tuh cinta …”
Wkwkwk iya, kadang gitu juga sih ._. jadi gimana dong mas?
Cinta itu perasaan, sebuah kebutuhan dasar manusia…kalo mau makan ya cari uang, kalo mau merasakan cinta ya bercinta, kalo perut lapar cinta seperti batu ga berharga
Hahaha baeqlaaaa~ bener juga yha 😀