Pagi ini, gue lagi duduk-duduk sambil mantengin laptop. Sendirian. Nggak ada siapa-siapa disamping gue. Sumpah. Hanya ada nada-nada lirih dari alunan lagu Alesana – Hidden Track (Dancing alone). Hape yang biasanya gue grepe-grepe, kini hanya gue geletakin di samping kanan dari tempat gue duduk, beberapa meter disamping bokong. Sesekali gue lirik, berharap ada sebuah pesan masuk. Tapi nggak ada.
Ketika tulisan ini tertulis, pikiran gue memutar ulang memori pada waktu SMK dulu…
Gue punya beberapa temen baik disana. Salah satunya bernama Irfan Nur Ramadhan, satu-satunya temen sekelas yang tinggi badannya lebih tinggi dari gue. Tinggi dia sekitar 182cm, sementara tinggi gue cuma 178cm.
Irfan adalah sosok orang yang pandai bergaul dengan banyak orang, dia juga dibekali wawasan yang luas mengenai daerah-daerah kota Jogja. Walaupun dia nemu jalan baru, dia selalu bisa nemuin jalan tujuan atau jalan pulang, beda sama gue yang tiap nemu jalan baru aja langsung nyasar.
Irfan lah yang mengajari gue mengenai arah utara, timur, barat, selatan. Ceritanya dulu sewaktu kami PKL di Gunungkidul, gue adalah satu-satunya orang yang nggak tau arah mata angin. Suatu kali, pembimbing PKL gue memberi interuksi.
“Febri, kamu jalan ke arah barat, Feb”
“Hah?” Gue yang nggak tau arah sok-sokan kaget.
“Barat, Feb. Jalan ke barat”
“Apah?” Gue yang nggak tau arah, pura-pura bego’
“Kamu ke arah barat. Bawa rambu ukur jalan ke arah barat”
“Mmm… Barat itu dimana ya, pak?” Gue yang nggak tau arah, bego’ beneran.
Akhirnya, setelah peristiwa itu, disela waktu makan malam, pembimbing gue pun membahas masalah ini. Semua ketawa mendengar gue yang nggak tau arah mata angin. Gue diem tengsin. Sampai akhirnya, Irfan mencoba ngajarin gue mana-mana aja arah utara, timur, barat, selatan.
“Feb, coba pelan-pelan aku ajari arah mata angin ya” sapa Irfan setelah dia selesai makan. “Utara dimana Feb?”
Gue berpikir sejenak, menerawang kelangit-langit sambil mengunyah makanan yang masih tersisa.
“Mmm… diatas?”
Semua orang yang duduk di meja makan pun tertawa serentak. Untuk kedua kalinya, gue diem tengsin.
“Biar gampang tau arah, kamu perhatiin matahari aja Feb. Kalau pagi, berarti mataharinya di timur. Kalau sore, berarti mataharinya di barat. Pokoknya gitu, jadiin matahari sebagai patokan” Ucap Irfan memberi pelajaran mengenai arah mata angin yang masih gue inget dan terapkan dari sekarang.
Xxxxx
Gue masih terduduk didepan laptop. Sepi masih menyelimuti, beberapa hari terakhir ini Beby baru sibuk ngurus berkas-berkas di kampusnya setelah dia beres wisuda. Awalnya masih biasa karena bertepatan dengan kesibukan Beby, gue pun juga ada kesibukan remidi. Namun, setelah kesibukkan remidi gue kelar, ternyata kesibukkan Beby masih berlanjut. Pagi dia ke kampus, pulang sore bahkan kadang sampai malem. Udah dirumah, dia harus menjamu saudara-saudaranya yang datang jauh dari Pekanbaru.
Akhirnya, gue pun kesepian. Solusinya, gue pun harus menyesuaikan keadaan.
Gue menerawang langit-langit. Dari sepi yang terasa, gue kembali memutar memory masa lalu…
“Ayo touring, nyuk” Seru Sukma, temen gue yang katanya mirip panda cacingan.
Pagi itu pukul 10.15, di dalam ruang kelas, kami berkumpul membahas apa yang akan kami lakukan untuk menghilangkan penat menjelang ujian.
“Touring kemana nih enaknya?” Saut Bangbrod, sahabat gue yang pada waktu itu jomblo… bahkan sampai sekarang.
“PANTAIIII !!!” Seru kami serentak di dalam kelas.
Hari itu, kami setuju bahwa pantai adalah tempat favorit untuk bisa melepas penat bersama-sama.
Tibalah hari dimana kami akan berangkat touring. Pagi itu, kami janjian pukul 07.00 harus udah kumpul di rumah gue. Seperti halnya manusia pada umumnya, realita yang terjadi adalah semuanya baru berkumpul pada pukul 08.21. Ngaret parah.
Setelah benar-benar siap, tepat pada pukul 08.43 kami semua pun berangkat.
Jarak antara rumah gue dengan pantai yang akan kami tuju (Pantai Wediombo) lumayan jauh. Kira-kira membutuhkan waktu 2 jam. Jalannya pun bukan jalan tol yang lurus kayak rambutnya Raisha, tapi jalan yang akan kami lalui adalah jalanan yang penuh dengan tanjakan, turunan, dan juga belokan tajam.
Irfan yang boncengan bareng Gendel (Temen gue) memimpin didepan sebagai penunjuk jalan. Gue dan beberapa temen lainnya mengikuti dari belakang. Akhirnya, dengan wawasan yang luas akan jalanan yang dimiliki Irfan, kami pun sampai di Pantai dengan selamat tanpa nyasar.
Di pantai, kami pun berenang-renang. Nyari ikan. Foto-foto nggak jelas. Menghilangkan semua penat yang menggumpal dikepala. Yang jelas, hari itu, diderai semilir angin pantai, rasa penat kami hilang hanyut terbawa ombak.
Xxxxx
Hari pun berlalu dan berlalu, hingga sampai pada hari kelulusan. Hal itu membuat kami yang dahulunya kompak bersama-sama sekelas harus pisah. Beberapa temen ada yang langsung kerja di Kalimantan, termasuk gue. Beberapa temen lainnya ada yang memilih buat ngelanjutin kuliah, termasuk Irfan.
Irfan masuk D3 UGM jurusan Teknik Geomatika, jurusan yang sejujurnya menjadi idaman gue. Hal itulah yang membuat gue terkagum pada sosok Irfan. Dia bisa masuk jurusan yang bahkan nggak bisa gue masuki setelah gue resign kerja. Gue emang payah.
Setelah berpisah, kami pun jadi hampir sama sekali nggak pernah ngumpul. Semua sibuk dengan kesibukkannya masing-masing. Dikala gue senggang, beberapa temen gue malah sibuk. Dikala temen-temen gue senggang, gantian gue yang sibuk.
Ada hal yang gue rindukan dari sebuah kebersamaan dulu. Ada hal yang ingin kembali gue tertawakan bareng temen-temen dulu. Juga, ada pula hal yang gue ingin rasakan dikala bareng temen-temen gue dulu.
Gue kembali menyusun harapan, berharap suatu saat, gue bisa ketemu sama semua temen-temen SMK. Seperti halnya menyusun mozaik, harapan itu gue susun perlahan. Menunggu waktu ketika kami semua luang dan akhirnya bisa berkumpul kembali.
Sampai suatu malam, Kamis 12 Februari 2015 sekitar pukul 20.08, susunan harapan tersebut runtuh.
“Feb, Irfan tenggelam di Pacitan” pesan dari Sukma itu gue baca setelah gue keluar dari kamar mandi. Seketika, gue langsung menghentikan langkah dan terdiam beberapa saat.
“Kok bisa? Terus gimana sekarang?”
“Iya, Irfan pergi refreshing ke Pantai Klayar. Terus terseret ombak gede, tenggelam.” Jelas Sukma.
Gue nggak bisa berkata banyak. Pesan dari Sukma nggak gue balas. Hingga dalam hitungan beberapa menit setelah kabar itu tersebar, semua temen SMK gue pun heboh dan mendoakan keselamatan Irfan.
Berita demi berita mulai bermunculan, namun, titik terang perihal keberadaan Irfan masih belum ditemukan. Gue beserta temen-temen sekelas lainnya hanya bisa berdoa yang terbaik.
Seminggu berlalu, Irfan masih belum ditemukan. Keluarga Irfan yang dari awal sudah menunggu di Pacitan pun akhirnya memilih untuk kembali pulang ke Jogja. Tim SAR juga sudah berhenti mencari jika jangka waktu sudah lebih dari satu minggu.
Kami semua pun pasrah.
Rabu, 25 Februari 2015. Gue dan beberapa temen SMK pun bener-bener berkumpul kembali. Di bawah langit hitam disertai gumpalan awan pekat, kami dan beberapa orang lainnya berkumpul di rumah Irfan untuk mendoakan segala yang terbaik untuk dia.
Malam itu, Gue mengingat kembali beberapa tahun lalu, tepat pada tanggal yang sama, gue dan beberapa temen pernah ngumpul dirumah itu, merayakan hari ulang tahun Irfan sambil makan nasi kuning yang dibuat orang tuanya. Sekarang, ditempat yang sama pada tanggal yang sama pula, gue cuma bisa terdiam sambil menengadah ke awan, seakan nggak percaya dengan kenyataan yang ada.
Xxxxx
Gue masih sendiri. Terduduk didepan laptop. Tulisan ini hampir selesai.
Pada detik ini, gue rindu keramaian yang pernah kami sekelas buat, dengan Irfan di dalamnya.
Pandangan gue tentang pantai pun berubah, ketika dulu pantai menjadi tempat dimana kami semua menghilangkan penat, kini pantai menjadi tempat dimana kami kehilangan seorang teman.

Irfan, salah satu sosok orang yang mau memuji suara gue walaupun dunia tau kalau suara gue ancur nggak karuan.
Sampai ketika tulisan ini terposting, gue pun masih terus berdoa untuk segala sesuatu yang terbaik pada Irfan.
Saya ikut berdoa buat Irfan..
Makasih Mas Mawi :))
Masih gagal paham sama ‘kalo pagi mataharinya di barat’ 😐 bukannya matahari terbit dari timur ya kak? :’D
Temennya masih dalam lindungan Allah kok, amien o:)
Cupiiiiiiid 😀 maaf… maaf banget 😀 makasih banget koreksinya pid. ini typo parah. udah aku benerin kok. yang bener terbit di timur. ah, parah aku nih 😀
buat doanya, makasih ya pid :3
Mas, kalau pagi matahari ada di barat, itu tandanya kiamat Mas… saya juga gagal paham jadinya :hehe
Turut berduka atas hilangnya Mas Irfan, saya berdoa semoga ia cepat ditemukan. Yakin, dia pasti dijaga sama Tuhan :amin
Duh Mas Gara, maaf banget nih typonya parah gilak. udah di ganti, yang bener di timur :3 hehehehe
Makasih banyak doanya ya mas 🙂 Amin 🙂
Turut berduka Mas
makasih banyak mbak Puji 🙂
Doa-doa terbaik untuk Irfan …
Lhaaa td sempet bolak balik baca soal matahari terbit dan tenggelam… Apa Irfan becanda..??
Amiiiin mbak Wi 🙂
Aaaaaah typoku parah ya ampun. maaf banget ya mbak. udah langsung aku ganti kok mbak. yang bener di timur. ternyata aku masih buta arah :p
hihihi :3
Sama teteh juga kalau ditanya utara barat timur dll mah pusiing… kiri kanan lurus belok sajalaaah hahaha
Iya juga ya, sering salah juga aku mbak. untung aku di jogja, patokannya ya utara itu arah merapi. gitu doang. coba ditempat lain, melongo doang pasti aku mbak :p
Turut mendoakan buat buat temanmu Irfan..semoga dia selamat dan bisa segera berkumpul kembali dengan keluarga dan teman2nya. 😦
Amin 🙂
Makasih banyak Mbak Nisa 🙂 semoga saja ada keajaiban :’
Gw suka binggung kalo dapat petunjuk jalan macam barat, selatan, timur.
Kalo di jogja dan nanya jalan pasti di jawab barat, timur dll dan itu bikin gw melonggo 🙂
hihihi tapi kalau di Jogja masih mendingan ah bang, soalnya ada merapi yang jadi patokan arah utara 😀
kalau kota lain, nah, baru deh ._.
Semoga ada keajaiban deh, Feb.
Amin :)) makasih banyak Ta
serahkan sama yang kuasa apapun yang terjadi
kita hanya bisa berharap dan berdoa 🙂
Iya Mbak :)) bener banget 🙂
Rambut Raisa bergelombang unyu gitu Feb. komen macam apa ini.
Gue jarang kompak begini sama teman sekelas, palingan beberapa temen dekat gue aja. Sekarang memang susah banget ngumpul. apalagi, temen udah kerja. Semoga semuanya cepat jelas ya Feb.
Raisa itu kayak gimana sih orangnya? kwkwkwk
Iya Yu, aku baru sama temen SMK ini yang kompak banget. sampai udah lulus pun masih sering kumpul buat touring. walau udah kerja, semisal temenku yang kerja itu balik ke jogja, pasti kumpul2 dibayarin makan gitu. seneng deh :’)
Amin :’ makasih banyak Yu :))
Raisa itu orangnya gak sempurna. makanya dia ada di dunia untuk menyempurnakan cowoknya.
BANGKEK ! MANTAP 😀
Koe seneng sek mbayari apes pep 😂 po meneh koe cah ngentek entekke,tanduk terus nek dibayari 😂
Turut berduka ya Feb 😦
Iya mbak Noni 😥 makasiiiiih banyaak :’
Semoga alm Irfan tenang disana..
Amin ya Allah :’) makasih banyak ya mbak Fasya :’
Semoga Irfan bahagia di sana.. Aamiiin..
Btw Yank, alay mu ngga nahan banget.. Foto-foto di atas.. Bikin aku.. Uh..
Amin ya Allah :’
btw, yuk kita bikin ini postingan yang mengharu biru sayang ._. abaikan foto diatas ._. :*
Ngga bisa diabaikan.. Foto-foto itu langsung membuat ku terfokus akan sesuatu! 😦
fokus akan esuatu apaan ._.
Kamu cupu banget e, Yank 😦
tapi kamu rindu kan? :*
Koe seneng sek mbayari apes pep 😂 po meneh koe cah ngentek entekke,tanduk terus nek dibayari 😂
mbok ojo mbongkar2 aib poto2 antik jaman stm bro,terlalu unyu untuk konsumsi publik 😃
yo pie meneh yo wind wkwkw. begitulah hidup wkwkw
bangkek, elek tenan rupaku mbiyen 😀
Hahahaha,lha njak rupane jaman stm ki elek kabeh je?mulane stop membongkar foto yg haram jadah itu 😂
Tapi aku ganteng ah
hmmm,kui ming jare pak li 😀
Pak Li kan bapakmu -_-
Ya ampun, aku terharu bacanya, sampai hampir nangis. Hiks.
😦 makasih ya mbak Din :’)
Iya, sedih juga kalau kayak gitu. Sabar lah.
Selalu sabar mbak :’) temen baik soalnya
Iya sip. 🙂
dadi inget rongkop cuk
Ayo rono meneh brod
Gue ikut berdoa buat Irfan ya Feb. Semoga tenang disana. Sedih banget kehilangan kayak gitu. :’
Amin Dev :)) Makasih banyak ya :’ memang sedih banget 😦
bagus peb
Makasih Fi :)) sabar yaa